PENGARUH EM-4 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT
DISUSUN OLEH KELOMPOK III
1.
ERWIN
DWIANTO (0802406016)
2.
SUCIPTO
(0802406012)
3.
M.
AKRAM (0802406008)
4.
YUSMAN
(0802406009)
5.
YULIANTO
(08024060
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
COKROAMINOTO PALOPO
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
merupakan komoditas pertanian yang ada hampir di seluruh dunia. Rasanya yang
unik, yakni perpaduan rasa manis dan asam menjadikan tomat salah satu buah yang
banyak digemari masyarakat. Hal tersebut dikarenakan tomat memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi juga memiliki kandungan dan komposisi gizi yang
tergolong lengkap (Redaksi AgroMedia, 2007).
Produksi tomat di Indonesia pada
tahun 2004 sebesar 4,65 % (626,872 ton) dengan luas lahan 52,719 ha, dan hasil
rata-rata tomat sebesar 11,89 ton ha-1 (Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005). Sedangkan pada tahun 2005 produksi
tomat meningkat menjadi 647,020 ton ha-1 dengan produktivitas sebesar 12,64 ton
ha-1 (Deptan, 2005dikutip Redaksi AgroMedia, 2007). Hasil tersebut masih rendah
dibanding dengan potensi tanaman tomat menggunakan mampu mencapai hasil 25
sampai 30 ton ha-1 (East West Seed Indonesia, PT., 2007). Dengan demikian upaya
peningkatan hasil tanaman tomat per satuan luas perlu terus ditingkatkan.
Dalam mengejar sasaran peningkatan
hasil tanaman tomat, petani dan pelaku pertanian seringkali menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida terbukti menimbulkan pencemaran baik pada
tanah maupun produk pertanian, yang akhirnya dapat menurunkan kualitas lahan
dan produksi pertanian serta mengganggu penggunaan bahan kimia dan memperbesar
penggunaan bahan bahan organik atau pupuk untuk
meningkatkan produksi dan kualitas produk pertanian (Anonim, 2000).
Penggunaan mikroorganisme efektif
(EM) merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam usaha
pengelolaan pertanian yang mampu mengurangi pengaruh negatif pada lingkungan
(Anonim, 1997). EM terdiri atas kultur campuran mikroorganisme bermanfaat dan
hidup secara alami serta dapat diterapkan sebagai inokulum untuk meningkatkan
keragaman mikroorganisme tanah dan tanaman (Higa dan Parr, 1997). Meningkatnya
mikroorganisme tanah bermanfaat bagi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Mikroorganisme tanah meningkatkan transformasi kimia selama proses dekomposisi,
merombak polisakarida menjadi karbon dan air serta merangsang pelapukan
sisa-sisa tanaman menjadi artikel yang lebih kecil (Solihah, 1995). Aplikasi
EM-4 ada penanaman tomat memperlihatkan beberapa pengharuh antara lain
perubahan fisik, biologis dan kimia tanah, menekan perkembangan populasi
Trichoderma sp serta Penicillium sp, sebagai penekan perkembangan Fusarium sp.,
memperdalam lapisan olah tanah, meningkatkan agregasi tanah serta memacu
pertumbuhan dan produksi tomat (Higa dan Wididanan, 1991bdalam Wididana, 1993).
Makalah ini menginformasi hasil percobaan untuk mengetahui konsentrasi EM-4 terbaik
terhadap pertumbuhan dan hasil tomat.
Interval
konsentrasi
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang dapat dikemukakan dari
uraian pada latar belakang adalah : Apakah terjadi interaksi antara konsentrasi
dan interval waktu pemberian EM- 4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
mempelajari interaksi antara konsentrasi dan waktu pemberian EM-4 terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian ini diharapkan berguna dalam
memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang agronomi. Selain itu agar hasil penelitian yang diperoleh
dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi petani atau instansi
pemerintah yang terkait dalam usaha meningkatkan hasil tanaman tomat.
1.4 Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan sistem yang hidup karena dapat mengolah
pupuk anorganik maupun organik yang diberikan menjadi unsur hara dalam bentuk
yang tersedia maupun tidak tersedia bagi tanaman (Adiningsih, 1992). Salah satu
pemegang kunci proses tersebut adalah keberadaan mikroba tanah yang mampu
mentransformasi hara sedemikian rupa sehingga unsur hara tetap berada pada
sistem tanah-tanaman dan dalam keadaan berimbang sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Menurut Verma dan Battacharya (1992), di dalam usaha mengoptimalkan
hasil tanaman, proses hayati di dalam tanah merupakan komponen penting yang
harus dipertimbangkan bagi terciptanya kelancaran suplai hara. Kemampuan
mikroba sebagai pentransformasi unsur hara, penghasil zat perangsang tumbuh dan
pengendali penyakit tanaman dapat dipakai untuk meningkatkan suplai hara. EM-4
merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan
bagi pertumbuhan tanaman. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan pada bahan organik
untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah maupun
tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan
kuantitas produksi tanaman. EM-4 mengandung bakteri 90% genus Lactobacillus dan
genusAzotobacter serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik,
Streptomycetes sp., ragi dan Actinomycetes.
Cara kerja EM-4 di dalam tanah adalah
dengan menyeimbangkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan dan menekan
populasi mikroorganisme yang merugikan. Pemberian EM-4 dengan dosis 8 L/ha per
musim tanam, bila diaplikasikan dengan cara cara disemprotkan pada permukaan
tanaman atau disiram pada permukaan tanah (Wididana, 1995).
Pengaruh pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat akan berbeda-beda pada taraf konsentrasi dan interval waktu
pemberian yang berbeda- beda. Konsentrasi menunjukan tingkat kepekatan bahan
aktif yang berbeda dalam cairan semprot, pemberian EM-4 pada konsentrasi yang
tepat disertai dengan interval waktu pemberian yang tepat pula, maka
pertumbuhan dan hasil tanaman akan meningkat.
1.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran dapat diajukan hipotesis yaitu :
Terjadi interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian EM-4 terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Tanaman Tomat
Klasifikasi
tanaman tomat menurut Linaeusdikutip Bernardinus dan Wahyu Wiryanta (2002) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae Classis
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicon esculentum Mill.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang
yang bisa tumbuh menembus tanah, akar cabang, serta akar serabut (yang tumbuh
kesamping yang bisa menyebar kesegala arah). Kemampuannya menembus lapisan
tanahnya terbatas, yakni pada kedalaman 30 cm sampai 70 cm. sesuai dengan sifat
perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat
air (Redaksi AgroMedia, 2007).
Batang tanaman tomat berbentuk
bulat, bercabang mulai dari ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Tinggi
tanaman tomat mencapai dua sampai tiga meter. Sewaktu masih muda batangnya
berbentuk bulat dan teksturnya lunak, tetapi setelah tua batangnya berubah
menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu. Ciri
khas batang tomat adalah tumbuhnya
bulu-bulu halus di seluruh permukaannya (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta, 2002).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20 sampai 30 cm.
Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Di antara
daun-daun yang bersirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip
besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau
cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu (Redaksi AgroMedia, 2007)
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam
dompolan dengan jumlah lima sampai sepuluh bunga per dompolan atau tergantung
dari varietasnya. Kedudukan rangkaian bunga beragam, ada yang terletak di
antara buku, pada ruas, ujung batang, atau ujung cabang. Kelopak bunga
berjumlah enam, berujung runcing, dan berwarna hijau. Mahkota bunga berjumlah
enam, bagian tangkalnya membentuk tabung pendek berwarna kuning. Bunga tomat
adalah bunga sempurna, memiliki benang sari, bakal buah, kepala putik, dan tangkai
putik. Benang sari terletak mengelilingi putik, bertangkai pendek dan berwarna
kuning cerah. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe
bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup terjadi penyerbukan
silang dengan bantuan serangga seperti lebah (Etti Purwati dan Khairunisa,
2007).
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau
oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda (berbulu dan berasa getir)
sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna cerah atau gelap,
merah kekuning- kuningan, atau merah kehitaman. Diameter buah tomat antara 2
sampai 15 cm, tergantung varietasnya (Sastrahidayat, 1992).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu,
dan diselimuti daging buah. Warna biji ada yang putih, putih kekuningan, ada
juga yang kecoklatan. Panjangnya 3 sampai 5 mm dan lebar 2 sampai 4 mm. Jumlah
biji setiap buahnya bervariasi tergantung pada varietas dan lingkungan. Biji
inilah yang umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Etti Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Tanaman tomat dapat tumbuh di
berbagai ketinggian tempat, baik dataran tinggi maupun dataran rendah
(tergantung varietasnya) dengan waktu tanam yang baik sebelum musim hujan
berakhir (awal musim kemarau) namun sebagian besar sentra penanaman tomat
berada di daerah dengan kisaran ketinggian 1.000-1.250 m dpl. Tanaman tomat
yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi misalnya varietas Berlian, varietas
Mutiara, varietas Kada. Sedangkan varietas yang sesuai di dataran rendah
misalnya varietas Intan, varietas Ratna, varietas Berlian, varietas LV,
varietas CLN. Selain itu, ada varietas tomat yang cocok di tanam di dataran
rendah maupun dataran tinggi misalnya varietas GH 2, varietas GH 4, varietas
Berlian, varietas Mutiara, varietas Marta (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta,
2002).
Pada
dasarnya bertanam tomat bisa dilakukan di segala jenis tanah. tanaman semusim
ini biasa tumbuh di tanah Andosol, Regosol, Latosol, Ultisol, dan Grumosol.
Jika tanah kurang subur atau sifatnya kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman
tomat bisa dimanipulasi lewat pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk
anorganik. Kondisi tanah yang paling cocok untuk bertanam tomat adalah lempung
berpasir yang gembur
dan banyak mengandung unsur hara.
Jika tanah terlalu liat, strukturnya
perlu diperbaiki lewat pemberian pupuk
kandang atau pupuk kompos dengan takaran 20 sampai 30 ton
ha-1. Curah hujan optimal untuk
tanaman tomat adalah 100-200 mm per bulan. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk
perkecambahan benih tomat adalah 250 sampai
300C,
sedangkan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 240
sampai 280
C. Kelembaban
relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 80 %. Sewaktu
musim hujan, kelembaban akan meningkat dan resiko terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta,
2002).
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir
sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah
merembeskan air, akan tetapi tanaman tomat lebih menghendaki tanah yang gembur, kaya humus dan subur. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan
oksigen, oleh karena itu drainase harus baik dan tidak menggenang. Kemasaman tanah (pH) berkisar 5,5 sampai 7,0 sangat cocok untuk
budidaya tomat (Sastrahidayat, 1992).
2.2 Peranan Effective Mikroorganisme (EM-4)
bagi Tanaman
Konsep dan teknologi EM-4
dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam
oleh Teruo Higa di Universitas
Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam
skala luas EM-4
telah diterapkan oleh petani organik di Jepang, diteliti ke efektifannya di 15
negara termasuk Indonesia (Wididana dan Higa, 1996). EM-4 dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan cara :
1.
Melarutkan kandungan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya rendah,
misalnya
batuan fosfat.
2.
Mereaksikan logam-logam berat dari senyawa-senyawa untuk menghambat
penyerapan
logam berat tersebut oleh pertukaran tanaman.
3.
Menyediakan molekul-molekul organik sederhana agar dapat diserap langsung
oleh
tanaman, misalnya asam amino.
4.
Menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit
5.
Memacu pertumbuhan tanaman dengan cara mengeluarkan zat pengatur tumbuh.
6. Memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah.
6. Memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah.
7.
Memperbaiki dekompsisi bahan organik, residu tanaman serta memperbaiki daur
ulang
unsur hara.
Jika seluruh pengaruh yang menguntungkan tersebut bekerja
secara sinergis, maka tanaman dapat menghasilkan secara optimal, walaupun tanpa
menggunakan pupuk kimia dan pestisida (Wididana, 1995). Di samping diterapkan
pada tanah dan tanaman EM-4 juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah,
memperbaiki tanah dasar tambak dan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Wididana
dan Higa (1996) cara kerja EM-4 adalah sebagai berikut :
1) Menekan pertumbuhan gulma
2) Mempercepat dekomposisi limbah dan sampah organik.
3) Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman.
2) Mempercepat dekomposisi limbah dan sampah organik.
3) Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman.
4) Meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang menguntungan yaitu mikoriza dan
senyawa organik pada tanaman
5) Memfiksasi nitrogen
6) Mengurangi kebutuhan pupuk kimia.
Dengan cara tersebut, EM-4 dapat
mengatasi pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada
budidaya tanaman sejenis secara terus menerus. Selain itu EM-4 ini merubah
lingkungan jika diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu sebab
EM-4 bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alami sudah terdapat di
dalam tanah. Populasi EM-4 di alam akan diseimbangkan sesuai dengan lingkungan
bahan organik, air, suhu, O2 dan lain-lain yang tersedia di dalam tanah
(Wididana dan Higa, 1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
EM-4 dapat memfermentasikan bahan organik yang terdapat di dalam tanah dengan
melepaskan hasil fermentasi berupa alkohol, gula, vitamin, asam amino dan
senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan
gas yang berbau busuk, sehingga serangga tidak tertarik untuk bertelur atau
melepaskan telurnya di dalam tanah, sehingga tingkat serangan hama menjadi
menurun, begitu pula pada EM-4 dapat menekan/menurunkan populasi nematoda
parasi tanaman di dalam tanah (Wididana, 1995).
Menurut Wididana dan Higa (1996)
jenis mikroorganisme yang terkandung dalam EM-4 sebagian besar terkandung genus
Lactobacillus (bakteri asam laktat) serta dalam jumlah sedikit bakteri
fotosintetik, streptomycaes dan ragi. EM-4 meningkatkan dekomposisi limbah dan
sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan
aktivitas serangan hama dan patogen.
Penelitian tentang EM-4
telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dan kondisi agroekologis yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukkan bahwa
EM-4 memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman serta dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini merupakan percobaan
lapangan yang dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto
Palopo. Waktu percobaan dilaksanakan mulai
bulan Juli 2010
sampai dengan bulan Oktober 2010.
3.2. Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan benih tomat, EM-4, pupuk Urea, SP-36,
KCl, fungisida Dithane M-45 80 WP dan air.. Alat-alat yang digunakan adalah
ayakan, kotak persemaian, polybag, dan ajir.
3.3. Rancangan Percobaan
3.3.1 Rancangan Lingkungan
Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan
Acak
Lengkap yang terdiri dari dua faktor
dan 10 ulangan.
3.3.2 Rancangan Perlakuan
Faktor pertama adalah konsentrasi EM-4 (A) yang terdiri atas
3 taraf, yaitu :
A2 = 2 ml L-1 air
A5 = 5 ml L-1 air
A8 = 8 ml L-1 air
Faktor kedua adalah interval waktu pemberian EM-4 (B) yang
terdiri atas 2 taraf,
yaitu:
B1 = Setiap minggu sejak tanam
sampai waktu panen pertama
B2 = Setiap dua minggu sejak tanam
sampai waktu panen pertama
3.3.3 Rancangan Respon
Pengamatan dilakukan terhadap
variable tinggi tanaman, diameter batang, umur saat berbunga, jumlah tandan
bunga tanaman-1, jumlah buah tanaman-1, diameter buah, panjang buah dan total
berat buah.
3.3.4 Rancangan Analisis
Analisis
hasil pengamatan diuji menggunakan metode statistik berdasarkan
model linier RAK pola faktorial
sebagai berikut : Xijk = µ +αi +βj + (αβ
)ij + eijk
Keterangan:
Xijk : Nilai pengamatan pada satuan
percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij (taraf ke-I dari faktor
A dan taraf ke-j dari faktor B)
μ : Rata-rata umum
αi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
αi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
βj :Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B
(αβ )ij : Interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
(αβ )ij : Interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
eijk
: Pengaruh
galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij
Tabel 1. daftar sidik ragam pola faktorial
Sumber ragam
|
DB
|
JK
|
KT
|
f hit
|
F 0.05
|
Perlakuan
|
ab-1
|
JKP
|
JKP/DBg
|
KTp/KTg
|
2.40
|
A
|
a-1
|
JK(A)
|
JKA/DBG
|
KTg/KTg
|
3.29
|
B
|
b-1
|
JK(B)
|
JKp/DBp
|
KTp/KTg
|
3.29
|
A X B
|
(a-1)(b-1)
|
JK(AB)
|
JKgp/DBgp
|
KTgp/KTg
|
2.59
|
Galat
|
ab(r-1)
|
JKG
|
KTg
|
-
|
-
|
Total
|
rab-1
|
JKT
|
-
|
-
|
-
|
Pelaksanaan percobaan
Persiapan media tanam dilakukan dengan mengambil tanah pada
kedalaman 20 cm kemudian diberishkan dari sisa tanaman dan diayak dengan ayakan
yang berukuran 0,4 x 0,4 cm. Campuran tanah dan pupuk kandang yang digunakan sebagai media tanam
disterilisasi dengan menggunakan soil sterilizer untuk mencegah layu fusarium.
Pembenihan dilakukan dalam kotak persemaian yang terbuat
dari kayu yang berukuran 40 cm x 30 cm x 20 cm (p x l x t). Setelah benih
mempunyai 4 sampai 6 daun, kemudian dipindahkan ke polybag yang berisi campuran
5 kg tanah dan 0,5 kg pupuk kandang. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing
diberikan tiga kali sebanyak 3 g/polibag pada saat tanaman berumur 7, 28 dan 49
hari setelah tanam (hst).
Larutan EM-4 disiramkan ke media tanam setiap minggu dan
setiap dua minggu sesuai dengan perlakuan. Pemberian EM-4 dimulai sejak tanaman
dipindahkan dari kotak persemaian ke polybag sampai waktu panen pertama (7 hst
sampai dengan 56 hst).
Pemberian ajir dilakukan sebagai penegak tanaman. Penyiraman
dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah dan ketersediaan air bagi
tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
tumbuh. Pengendalian penyakit dilakukan secara kimia dengan menggunakan Dithane
M-45 sesuai dosis anjuran. Setelah 60% kulit buah berwarna merah, buah dipanen
dengan selang waktu 2 atau 3 hari sampai buah tidak layak panen. Setelah panen
berakhir, tanaman dibongkar untuk keperluan pengamatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 1994. Hasil-hasil pengujian
Effective Microorganisms-4 (EM-4) pada tanaman bawang
putih, bawang merah, tomat dan semangka Tahun 1993/1994. Direktorat
Bina Produksi Hortikultura dan Indonesia Kyusei Nature Farming Societies (IKNFS), Jakarta.
Anonim. 1997. Pedoman penggunaan EM-4 bagi
negara-negara Asia Pacific Nature Agriculture Network
(ADNAN). Seminar Nasional Pertanian Organik. Yayasan Bumi
Lestari, Jakarta.
Anonim. 1999. Produksi sayuran dan buah-buahan di Propinsi
Bengkulu. Badan Pusat Statistik Propinsi Bengkulu, Bengkulu.
Anonim. 2000. Pengkajian efesiensi pemupukan melalui pupuk
alternatif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Bogor.
Ashari, S. 1995.
Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit UIP, Jakarta.
Higa, T. dan J.F. Parr. 1997. Effective
Microorganism (EM-4) untuk Pertanian dan Lingkungan yang
Berkelanjutan. Indonesian Kyusei Nature Farming Societes, Jakarta.
Isro, I. 1994. Peranan mikroorganisme tanah dalam
meningkatkan ketersediaan hara. Indonesian Kyusei Nature Farming Societes,
Jakarta.
Marlina, M. 2000. Analisa pertumbuhan selada
(Lactuca sativa L) secara
hidroponik pada berbagai komposisi media pasir dan serbuk
gergaji. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).
Mc Collum, J.P, J.M. Swiader, G.W, Ware. 1990. Producing
Vegetable Crops 4th edition.
Interstate Publisher University of illinois, USA.
Nyakpa, Y., A.M.Lubis Mamat, A.P.,Ghaffar, A.,Ali, M.,Go,
B.H. dan Nurhajati,H.1988. Keseburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung,
Lampung.
Sholihah, A. 1995. Manipulasi laju
mineralisasi N dengan masukan bahan organik berbeda
kualitas. Makalah Seminar Problematika Program Studi Pengelolaan Tanah dan Air Universitas Brawijaya, Malang.
Somamihardja,T.W. 1995. Progress report on
the application of EM technology in Indonesia.
illin.139-143. Proceedings of the fourth confrence on Effective Microorganism (EM-4) Held at Kyusei Nature Farming Centre. Sarabuni,
Thailand.
Sriwidodo, J. 2001. Pengaruh jenis pupuk
kandang dan konsentrasi EM-4 terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai merah (Capsicum annum) Varietas Hot Beauty. Hlm 48-54. Hasil-hasil
Penelitian Teknologi Effective Microorganism (EM-4) di
Indonesia Jilid 1. Institut Pengembangan Sumberdaya Alam, Jakarta.
Suzanna, E. 1993. Pengaruh cara pembibitan
dan umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu. (tidak dipublikasikan).
Wididana, G.N. 1993. Peranan effective Microorganism-4
dalam Meningkatkan Kesuburan dan Produktivitas Tanah. Indonesian Kyusei Nature
Farming.
Wismarawati.T. 2001. Pengaruh pemberian EM4
dan macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Hasil- hasil Penelitian Teknologi
Effective Microorganisms (EM) di Indonesia Jilid 1.
Institut Pengembangan Sumberdaya Alam, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar