HALAMAN
PENGESAHAN
JUDUL :
PENGARUH BERBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)
NAMA : ERWIN DWIANTO
NIM : 0802406016
PROGRAM STUDI :
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS : PERTANIAN
LAPORAN
PRAKTEK INI DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH BUDIDAYA
TANAMAN HORTIKULTURA.
DOSEN
BASO
AMIR. SP
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga laporan yang berkaitan dengan budidaya tanaman rempah dan obat dapat
kami selesaikan tepat pada waktunya meski dalam bentuk yang jauh dari
kesempurnaan.
Kami menyadari bahwa,
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bisa
membangun sangat kami harapkan dalam penyempurnaan penulisan laporan dimasa
yang akan datang.
Selain itu pula,
penulisan laporan ini tidak akan mungkin selesai tepat pada waktunya apabila
penulis tidak mendapat dukungan dari semua pihak.
Kami berharap laporan
ini dapat diterima oleh semua pihak, utamanya oleh dosen bidang studi budidaya
tanaman rempah dan obat sebagai salah satu bukti penyelesaian tugas yang
diberikan kepada kami.
Akhir kata kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas laporan ini dan semoga dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran.amin.
Palopo,
16 Juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah
Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun
fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga
kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe
segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe
merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe
merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring dengan permintaan produk
jahe dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam
negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe Indonesia
mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. Tahun 2003 turun
menjadi 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi
standar. Namun permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun. Kondisi ini
di Indonesia, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman dan munculnya
berbagai produk jahe.
Pengembangan jahe skala luas sampai saat ini perlu didukung
dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan. Untuk
mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan bahan tanaman
dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menerapkan
budidaya anjuran. Adanya penolakan ekspor jahe Indonesia di negara tujuan
terutama Jepang, karena tingginya cemaran mikroorganisme, mengakibatkan
anjloknya pendapatan petani jahe. Hal ini perlu segera diantisipasi dengan
menerapkan budidaya anjuran terbaik diantaranya dengan penggunaan bahan tanaman
sehat yang berasal dari varietas
unggul.
Selain itu, karena kualitas simplisia bahan baku industri hilir ditentukan oleh
proses budidaya dan pascapanennya, maka pembakuan standar prosedur operasional
(SPO) budidaya jahe dibuat guna mendukung GAP (Good Agricultural Practices).
1.2.
Hipotesis
Terdapat
salah satu media tanam yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale).
1.3. Tujuan Dan Kegunaan
Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman
jahe (Zingiber officinale).
Kegunaan dari
percobaan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan sebagai
bahan perbandingan pada percobaan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Botani Tanaman Jahe
A.
Sistematika
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber
officinale
B. Morfologi
a.
Akar
Akar merupakan bagian
terpenting dari tanaman jahe. Pada
bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar
tunggal (rimpang) itu tertanam kuat di dalam tanah dan semakin membesar dengan
pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru. Selain penting secara
botani, akar jga merupakan bagian terpenting secara ekonomis . akar rimpang
jahe memiliki banyak kegunaan mulai sebagai bumbu masak ,obat-obatan ,sampai
menjadi minyak jahe . oleh karenanya tujuan penanaman jahe selalu untuk memperoleh
rimpangnya.
b.
Batang
Batang tanaman merupakan
batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu terdiri dari seludang-seludang
daun tanaman dan pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang
agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua . Biasanya batang dihiasi
titik-
titik berwarna putih .Batang ini
biasanya basah dan banyak mengandung air, sehingga tertgolong tanaman herba.
c.
Daun
Daun jahe berbentuk
lonjong dan lancip menyerupai daun rumput-rumputan besar. Daun itu sebelah - menyebelah
berselingan dengan tulang daun sejajar sebagaimana tanaman monokotil lainya.
Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai pendek ,
berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda
dan berbulu halus. Panjang daun sekitar
5-25 cm dengan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul dengan panjang
5-25 cm dan lebar 1-3 cm. Ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3-0,6
cm. Bila daun mati maka pangkal tangkai tetap hidup dalam tanah, lalu bertunas
dan menjadi akar rimpang baru.
d.
Bunga
Bunga jahe berupa bulir
yang berbentuk kincir, tiadak berbulu, dengan panjang 5-7 cm dan bergaris
tengah 2-2,5 cm. Bulir itu menempel pada
tangakai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15-25 cm. tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang
berbentuk bulat lonjong, berujung runcing, dengan tepi berwarna merah, ungu,
atau hijau kekuningan.
Bunga terletak pada ketiak
daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, lonjong,
runcing, atau tumpul. Panjangnya
berkisar 2-2,5 cm dan lebar 1-1,5 cm.
Daun bunga berbentuk
tabung memiliki gigi kancil yang tumpul dengan panjang 1-1,2 cm. Sedang daun mahkota bagian bawah berbentuk
tabung yang terdiri dari tiga bibir dengan bentuk pisau lipat panjang serta
runcing yang berwarna kuning kehijauan.
Daun kelopak dan daun
bunga masing-masing tiga buah yang sebagian bertautan. Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi
hanya sebuah sedangkan sebuah benang sari
lain telah berubah bentuk menjadi
daun. Staminoid - staminoidnya membentuk
tajuk mahkota beruang tiga dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna hitam belang.
C. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh
tanaman jahe sebagai berikut :
a. Iklim
Tanaman jahe
membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada
umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman
jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu
udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 °C.
b.
Media Tanam
Tanaman jahe
paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman
jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum
untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
c.
Ketinggian
tempat
Jahe tumbuh
baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl. Di Indonesia
pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
D. Media Tanam
1. Arang
Arang bisa berasal dari
kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman
anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang
mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah
sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika
terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur
hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi
jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung
miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai
unsur hara berupa aplikasi pemupukan. Sebelum
digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan
keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran
pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam
serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki
diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran
panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang
lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.
2.
Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco
peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media
tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I 'iJdiknya berasal dari buah kelapa tua
karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang
mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial,
seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
3.
Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga
dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik
lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya,
ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti
kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya
serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu,
ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di
sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu,
kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh
karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Walaupun miskin unsur hara, media pecahan
batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok
digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase
dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai
media dasar pot adalah anggrek.
4.
Sekam padi
Sekam padi adalah kulit
biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan
bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan
sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya
berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan
drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi
karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk. Sementara kelebihan sekam mentah sebagai
media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber
kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat
sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah
cenderung miskin akan unsur hara.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat Dan Waktu
Praktek ini
dilaksanakan di lingkungan kampus II Universitas Cokroaminoto ( Green House ) milik Fakultas Pertanian, Palopo
Jln. Lamaranginang pada bulan April –
Juni 2011.
3.2.
Bahan Dan Alat
Bahan
yang digunakan adalah rimpang jahe, tanah, sekam bakar, sabut kelapa, pecahan
batu bata, arang kayu, polybag ukuran 10 x 20 cm.
Alat-alat
yang digunakan adalah mistar, alat tulis menulis, dan sprayer.
3.3.
Metode Percobaan
Praktek
ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4
perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan.
3.4.
Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan
percobaan ini meliputi persiapan media, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.
Persiapan media tanam dilakukan
dengan cara pada P1 media tanam yang digunakan adalah tanah, pupuk kompos, dan
sekam bakar kemudian dicampur dengan perbandingan 1: 1. Pada P2 media tanam yang digunakan adalah
arang kayu, pupuk kompos, dan tanah kemudian dicampur dengan perbandingan 1:
1. Pada P3 media tanam yang digunakan
adalah pecahan batu bata, pupuk kompos, dan tanah, lalu kemudian dicampur
dengan perbandingan 1:1. Dan pada P4 media tanam yang
digunakan
adalah sabut kelapa, pupuk kompos, tanah, lalu kemudian kedua bahan tersebut
dicampur dengan perbandingan 1:1.
Penanaman dilakukan dengan cara
merendam terlebih dahulu rimpang jahe selama 1 malam dengan tujuan agar tumbuh
tunas, kemudian benih
ditanam pada media tanam dengan tunas menghadap ke atas setelah itu tutup
dengan tanah.
Pemeliharaan tanaman meliputi
penyulaman, penyiraman dan penyiangan. Penyulaman dilakukan pada benih jahe
yang tidak tumbuh atau mati, penyiraman dilakukan pada sore hari, penyiangan
dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
3.5.
Parameter Pengamatan
Komponen pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale) yang diamati adalah :
1.
Tinggi tanaman (cm) diukur
dari pangkal sampai titik tumbuh setiap minggu.
2.
Jumlah daun (helai)
dihitung jumlah daun yang terbentuk diamati setiap minggu.
3.
Jumlah tunas yang tumbuh
diamati setiap minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar