Kamis, 27 September 2012

PENGARUH BERBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)


HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL                              : PENGARUH BERBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAHE (Zingiber officinale)
NAMA                              :   ERWIN DWIANTO
NIM                                   :   0802406016
PROGRAM STUDI         :  AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS                     :  PERTANIAN

LAPORAN PRAKTEK INI DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA.


DOSEN

BASO AMIR. SP



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan yang berkaitan dengan budidaya tanaman rempah dan obat dapat kami selesaikan tepat pada waktunya meski dalam bentuk yang jauh dari kesempurnaan.
Kami menyadari bahwa, penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.  Oleh karena itu, saran dan kritik yang bisa membangun sangat kami harapkan dalam penyempurnaan penulisan laporan dimasa yang akan datang.
Selain itu pula, penulisan laporan ini tidak akan mungkin selesai tepat pada waktunya apabila penulis tidak mendapat dukungan dari semua pihak.
Kami berharap laporan ini dapat diterima oleh semua pihak, utamanya oleh dosen bidang studi budidaya tanaman rempah dan obat sebagai salah satu bukti penyelesaian tugas yang diberikan kepada kami.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas laporan ini dan semoga dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran.amin.


Palopo, 16 Juni 2011

                                                                                                            Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jahe merupakan salah satu komoditas ekspor rempah-rempah Indonesia, disamping itu juga menjadi bahan baku obat tradisional maupun fitofarmaka, yang memberikan peranan cukup berarti dalam penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor dikemas berupa jahe segar, asinan (jahe putih besar), jahe kering (jahe putih besar, kecil dan jahe merah), maupun minyak atsiri dari jahe putih kecil (jahe emprit) dan jahe merah. Volume permintaannya terus meningkat seiring dengan permintaan produk jahe dunia serta makin berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri yang menggunakan bahan baku jahe. Pada tahun 1998, ekspor jahe Indonesia mencapai 32.807 ton dengan nilai nominal US $ 9.286.161. Tahun 2003 turun menjadi 7.470 ton dengan nilai US $ 3.930.317 karena mutu yang tidak memenuhi standar. Namun permintaan jahe mengalami peningkatan setiap tahun. Kondisi ini di Indonesia, direspon dengan makin berkembangnya areal penanaman dan munculnya berbagai produk jahe.
Pengembangan jahe skala luas sampai saat ini perlu didukung dengan upaya pembudidayaannya secara optimal dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat keberhasilan budidaya yang optimal diperlukan bahan tanaman dengan jaminan produksi dan mutu yang baik serta stabil dengan cara menerapkan budidaya anjuran. Adanya penolakan ekspor jahe Indonesia di negara tujuan terutama Jepang, karena tingginya cemaran mikroorganisme, mengakibatkan anjloknya pendapatan petani jahe. Hal ini perlu segera diantisipasi dengan menerapkan budidaya anjuran terbaik diantaranya dengan penggunaan bahan tanaman sehat yang berasal dari varietas

unggul. Selain itu, karena kualitas simplisia bahan baku industri hilir ditentukan oleh proses budidaya dan pascapanennya, maka pembakuan standar prosedur operasional (SPO) budidaya jahe dibuat guna mendukung GAP (Good Agricultural Practices).
1.2. Hipotesis
Terdapat salah satu media tanam yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale).
1.3. Tujuan Dan Kegunaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale).
Kegunaan dari percobaan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan sebagai bahan perbandingan pada percobaan selanjutnya.



BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Jahe
A. Sistematika
Divisi                           : Spermatophyta
Sub divisi                    : Angiospermae
Kelas                           : Monocotyledoneae
Ordo                            : Zingiberales
Family                         : Zingiberaceae
Genus                          : Zingiber
Species                        : Zingiber officinale
B.  Morfologi
a.              Akar
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe.  Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) itu tertanam kuat di dalam tanah dan semakin membesar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru. Selain penting secara botani, akar jga merupakan bagian terpenting secara ekonomis . akar rimpang jahe memiliki banyak kegunaan mulai sebagai bumbu masak ,obat-obatan ,sampai menjadi minyak jahe . oleh karenanya tujuan penanaman jahe selalu untuk memperoleh rimpangnya.
b.             Batang
Batang tanaman merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang itu terdiri dari seludang-seludang daun tanaman dan pelepah-pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hijau tua . Biasanya batang dihiasi titik-

titik berwarna putih .Batang ini biasanya basah dan banyak mengandung air, sehingga tertgolong tanaman herba.
c.               Daun
Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput-rumputan besar. Daun itu sebelah - menyebelah berselingan dengan tulang daun sejajar sebagaimana tanaman monokotil lainya. Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai pendek , berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan berbulu halus. Panjang   daun sekitar 5-25 cm dengan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul dengan panjang 5-25 cm dan lebar 1-3 cm. Ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3-0,6 cm. Bila daun mati maka pangkal tangkai tetap hidup dalam tanah, lalu bertunas dan menjadi akar rimpang baru.
d.             Bunga
Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tiadak berbulu, dengan panjang 5-7 cm dan bergaris tengah 2-2,5 cm.  Bulir itu menempel pada tangakai bulir yang keluar dari akar rimpang dengan panjang 15-25 cm.  tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang berbentuk bulat lonjong, berujung runcing, dengan tepi berwarna merah, ungu, atau hijau kekuningan.
Bunga terletak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul.  Panjangnya berkisar 2-2,5 cm dan lebar 1-1,5 cm. 
Daun bunga berbentuk tabung memiliki gigi kancil yang tumpul dengan panjang 1-1,2 cm.  Sedang daun mahkota bagian bawah berbentuk tabung yang terdiri dari tiga bibir dengan bentuk pisau lipat panjang serta runcing yang berwarna kuning kehijauan.
Daun kelopak dan daun bunga masing-masing tiga buah yang sebagian bertautan.  Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi hanya sebuah sedangkan sebuah benang sari


lain telah berubah bentuk menjadi daun.  Staminoid - staminoidnya membentuk tajuk mahkota beruang tiga dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna hitam belang.
C. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman jahe sebagai berikut :
a.      Iklim
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 °C.
b.      Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.  Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
c.       Ketinggian tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m dpl.  Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
D.  Media Tanam
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika

terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.  Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.
2.       Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I 'iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena
sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang

mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
3.      Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.  Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.






4.      Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.  Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.  Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.










BAB III
 BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat Dan Waktu
Praktek ini dilaksanakan di lingkungan kampus II Universitas Cokroaminoto (      Green House ) milik Fakultas Pertanian, Palopo Jln.  Lamaranginang pada bulan April – Juni 2011.
3.2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah rimpang jahe, tanah, sekam bakar, sabut kelapa, pecahan batu bata, arang kayu, polybag ukuran 10 x 20 cm.
Alat-alat yang digunakan adalah mistar, alat tulis menulis, dan sprayer.
3.3. Metode Percobaan
Praktek ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan.
3.4. Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan ini meliputi persiapan media, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan.
Persiapan media tanam dilakukan dengan cara pada P1 media tanam yang digunakan adalah tanah, pupuk kompos, dan sekam bakar kemudian dicampur dengan perbandingan 1: 1.  Pada P2 media tanam yang digunakan adalah arang kayu, pupuk kompos, dan tanah kemudian dicampur dengan perbandingan 1: 1.  Pada P3 media tanam yang digunakan adalah pecahan batu bata, pupuk kompos, dan tanah, lalu kemudian dicampur dengan perbandingan 1:1. Dan pada P4 media tanam yang


digunakan adalah sabut kelapa, pupuk kompos, tanah, lalu kemudian kedua bahan tersebut dicampur dengan perbandingan 1:1.
Penanaman dilakukan dengan cara merendam terlebih dahulu rimpang jahe selama 1 malam dengan tujuan agar tumbuh tunas, kemudian benih ditanam pada media tanam dengan tunas menghadap ke atas setelah itu tutup dengan tanah.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiraman dan penyiangan. Penyulaman dilakukan pada benih jahe yang tidak tumbuh atau mati, penyiraman dilakukan pada sore hari, penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
3.5. Parameter Pengamatan
Komponen pertumbuhan tanaman jahe (Zingiber officinale) yang diamati adalah :
1.              Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal sampai titik tumbuh setiap minggu.
2.              Jumlah daun (helai) dihitung jumlah daun yang terbentuk diamati setiap minggu.
3.              Jumlah tunas yang tumbuh diamati setiap minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar